Ambon, Kota yang Jatuh Cinta dengan Sepakbola

Cerita

by redaksi

Ambon, Kota yang Jatuh Cinta dengan Sepakbola

Oleh: Deivor Ismanto

Terletak di bagian Timur Indonesia, tepatnya di Pulau Maluku, Ambon dikenal sebagai surga untuk pemain sepakbola berbakat. Bahkan, salah satu desa di Ambon bernama Tulehu dijuluki sebagai ‘Brasil-nya Indonesia” alasannya cukup rasional, dari sana banyak lahir talenta berbakat Sepakbola yang menghiasi kasta tertinggi kompetisi liga 1 dan memperkuat timnas Indonesia.

Sebut saja Abduh Lestaluhu, Hasyim Kipuw, Hendra Adi Bayauw, Rizky Pellu, Ramdani Lestaluhu dan masih banyak lagi pemain sepakbola Indonesia yang berasal dari Tulehu. Dan yang teranyar, nama Hamsa Medari Lestaluhu sedang ramai diperbincangkan oleh masyarakat Tulehu karena berhasil masuk di daftar 46 pemain timnas Indonesia U-19 yang di panggil Sin Tae-Yong untuk TC di Jakarta.

Namun, sepakbola sebenarnya tidak hanya melekat pada desa Tulehu, melainkan pada Kota Ambon secara keseluruhan. Mayoritas masyarakatnya mencintai Sepakbola, baik dari hobi sampai budaya.

VIDEO: Gelar Eropa FC Bayern



Bermain sepakbola bagi anak laki-laki di Ambon seperti menimba ilmu di pendidikan formal. Memiliki jadwal, tujuan dan gengsi. Mereka akan merasa terkucilkan ketika tidak hobi bermain sepakbola. Hal tersebut dibuktikan dengan populernya bermain sepakbola di Ambon dengan berbagai cara. Karena jauhnya akses menuju lapangan sepakbola, masyarakat berinisiatif membuat sebuah lapangan dengan ukuran sekitar 40 x 25 meter menggunakan gawang berukuran mini yang akan dijumpai di setiap jalan Ambon khususnya di desa-desa.

Kompetisi bermain bola menggunakan lapangan tersebut juga sering dilakukan. Baik saat merayakan hari kemerdekaan maupun di hari biasa tanpa memperingati apapun. Kompetisi pun digelar bukan sekedar mencari pemenang. Faktor hiburan menjadi hal yang lebih penting dibanding kemenangan. Teknik-teknik berkelas dan gerakan-gerakan indah dalam mengolah bola menjadi salah satu tontonan yang sering terlihat pada kompetisi di Kota Ambon. Mengolongi lawan juga menjadi satu kejadian yang tidak kalah heboh dibandingkan saat terciptanya gol.

Menikmati sepakbola bukan hanya dengan cara bermainnya saja, namun juga cara menyaksikannya. Masyarakat Ambon tidak akan segan untuk menutup akses jalan hanya untuk melakukan acara nonton bareng, khususnya ketika timnas Indonesia bermain. Bahkan sebelum mereka melakukan acara nobar tersebut, seringkali mereka melakukan doa bersama untuk mendoakan keselamatan dan kemenangan bagi timnas Indonesia.

Kecintaan masyarakat Ambon dengan sepakbola membuat cita-cita menjadi seorang pemain Sepakbola lebih populer dari pada menjadi Polisi ataupun Dokter. Orang tua yang memiliki anak laki-laki akan berusaha memasukkan anaknya ke SSB yang populer dan memiliki masa depan cerah, ya, SSB tersebut adalah SSB yang berada di desa Tulehu dengan nama SSB Tulehu Putra.

Lokasi SSB di Tulehu yang jauh dari kota dan wilayah desa lain tidak memadamkan semangat anak yang memiliki potensi di Sepakbola untuk menimba ilmu di sana. Ada sekitar 12 anak yang berasal dari wilayah lain yang menimba ilmu di SSB Tulehu yang dicanangkan sebagai Kampung Sepakbola tersebut.

Budaya dan Sepakbola seperti tumbuh berdampingan di Ambon. Anak-anak, remaja sampai orang tua menjadikan Sepakbola sebagai bagian dari hidup mereka. Lalu kecintaan masyarakat Ambon dengan Sepakbola ini kemudian membentuk sebuah budaya baru. Saat seorang bayi laki-laki berusia 7 bulan, kaki mereka akan dioles dengan rumput lapangan sepakbola yang diletakkan di dalam sebuah wadah, dengan makna dan harapan anak tersebut bisa membesarkan nama keluarga dan Ambon melalui Sepakbola.

Bahkan, setelah proses akikah rumput lapangan tersebut, ketika malam hari saat bayi tidur, ia akan ditemani bola di samping kaki kanan dan kirinya. Hal semacam ini sejatinya dipercayai oleh masyarakat Ambon sebagai simbol bahwa anak mereka dilahirkan untuk menjadi pemain Sepakbola. Seiring bertambahnya usia, mereka akan selalu dikenalkan dengan Sepakbola, tak heran jika anak laki-laki di Ambon yang baru berusia 4 sampai 5 tahun dapat menggiring dan juggling bola dengan baik.

Anak-anak di Ambon dikenalkan dengan Sepakbola melalui proses alami, yang ditempa dengan minimnya fasilitas. Berbagi lapangan dengan hewan ternak, membuat bola dari kulit buah kelapa sampai jarak menuju SSB yang harus ditempuh dengan sulitnya medan pegunungan dan laut. Tujuannya hanya satu, menggapai mimpi untuk menjadi pemain Sepakbola. Tak heran jika akan selalu bermunculan nama-nama pemain Sepakbola yang berasal dari Ambon, bukan hanya bermain di klub profesional tapi juga membela lambang Garuda di dada.

Komentar