Merger Klub: Bukan Tabu Ataupun Baru

Cerita

by Redaksi 15

Redaksi 15

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Merger Klub: Bukan Tabu Ataupun Baru

Menjelang Liga 1 2019, PS TIRA ingin kembali mengubah nama mereka. Baru semusim meninggalkan nama PS TNI, kesebelasan yang lahir dari angkatan perang Indonesia ini tengah berupaya untuk menyertakan Kabupaten Bogor dalam identitas mereka. Padahal Kabupaten Bogor sudah memiliki kesebelasan sendiri bernama Persikabo. Isu merger antara kedua kesebelasan akhirnya menyeruak.

PS TIRA sempat membantah isu ini. Mayjen TNI Rudi Yulianto selaku manajer mengatakan substansi mereka tetap TNI dan tidak terbatas pada daerah tertentu. "Ini bukan merger ya, PS TIRA itu sama dengan PS TNI. Semua wilayah ada TNI, tapi ini belum tentu masuk dalam lingkup sepakbola," kata Rudi.

Akan tetapi Rudi tidak membantah bahwa nama Persikabo akan digunakan oleh mereka. "Namanya mungkin TR Persikabo. Dasarnya nama Persikabo kan akronim Persatuan Sepakbola Kabupaten Bogor," jelasnya.

PT Liga Indonesia Baru (PT LIB) tak mempermasalahkan apabila PS TIRA ingin kembali mengubah nama mereka. Hanya saja, proses kesebelasan itu disebut akan mengalami masalah dalam kompetisi Asia.

"Tidak ada larangan, tapi mungkin akan masalah jika mengikuti kompetisi Asia. Untuk ikut kompetisi, AFC punya ketentuan lama berdiri, dan legalitas," ungkap Direktur Operasional PT LIB, Tigor Shalomboboy.

Soal umur kesebelasan ini sempat menghalangi Bhayangkara FC untuk tampil di Piala AFC 2018/19. Menjuarai Liga 1 2017, Bhayangkara gagal mendapatkan lisensi dari AFC karena usianya belum genap dua tahun. Nama Bhayangkara FC digunakan sejak September 2016. Saat mereka meminta persetujuan AFC, umur mereka baru satu tahun.

Hal ini menjadi lecutan semangat Bhayangkara FC yang sebelumnya menggunakan berbagai nama dari Persikubar hingga Surabaya United. Oktober 2018, mereka akhirnya mendapatkan lisensi AFC.

Perubahan nama semata sebenarnya tak akan menghalangi PS TIRA jika kelak ikut kompetisi Asia. Karena masalah utama Bhayangkara saat itu, selain usia klub, adalah terkait legalitas dan laporan finansial yang belum rampung. Buktinya, kubu Madura United tetap mendapat lisensi AFC pada 2017 meski baru menggunakan nama tersebut sejak Januari 2016.

PSSI memiliki wewenang untuk menentukan lisensi AFC. Hal ini diutarakan langsung oleh federasi sepakbola Asia. "Terkait verifikasi, sepenuhnya adalah hak PSSI. Mereka yang memberi lisensi kepada kesebelasan-kesebelasan di Indonesia sesuai dengan ketentuan dari AFC," jelas AFC pada November 2017.

Bagi PSSI, usia kesebelasan tidak masalah selama kesebelasan terkait bisa menyelesaikan aspek legalitas dan lima syarat AFC. "Apabila ada perubahan nama atau kepemilikan, hal itu berkaitan dengan legalitas sebuah klub. Jika proses administrasi dan legalitas terpenuhi, pasti disetujui AFC," kata Joko Driyono.

Dengan kata lain, jika PS TIRA hanya mengubah nama mereka dan terus bergerak menuntaskan pekerjaan rumah yang dituntut AFC, perubahan nama tidak akan menjadi halangan.

Tapi perubahan nama ini akan jadi masalah jika mereka melakukan merger dengan Persikabo. Pasalnya, merger antara Persikabo dan PS TIRA berarti akan ada penyerahan dokumen, saham, dan lain-lain, milik salah satu kesebelasan ke pihak lainnya. Hal ini akan memakan waktu agar masalah administrasi dan legalitas terselesaikan. Jelas lebih lama dibanding mengubah nama dalam akte.

Bukan Hal Baru

Merger sebenarnya bukan hal baru dalam dunia sepakbola. Hal ini terjadi di berbagai belahan dunia, bahkan peserta divisi lima Inggris, Dagenham & Redbridge baru terbentuk pada 1992 setelah Dagenham FC dan Redbridge Forest bersatu.

Dagenham merger dengan Redbridge setelah mereka terdegradasi ke Isthimian League, divisi tujuh dan delapan Inggris. Gabung dengan Redbridge Forest berhasil menyelamatkan Redbridge dari degradasi, tetap bermain di Confrence—kini dikenal sebagai National League—bahkan sempat naik hingga divisi tiga, League One.

Kesebelasan di Indonesia seperti Persib Bandung juga lahir dari merger berbagai kesebelasan. Persatuan Sepak Bola Indonesia Bandung (PSIB) gabung dengan National Voetball Bond (NVB) untuk melahirkan Persib.

Merger masih dilakukan berbagai kesebelasan dan biasanya mengincar tiga hal: dominasi daerah, kekuatan finansial, dan prestasi.

AS Roma di Italia merupakan contoh kesebelasan yang lahir demi dominasi daerah. Roman FC, SS Alba-Audace, dan Fortitudo-Pro bersatu agar Kota Roma hanya memiliki satu kesebelasan. Namun mereka gagal menggaet Lazio yang akhirnya jadi rival. Andaikan Lazio ketika itu memutuskan untuk bergabung, dunia sepakbola tidak akan mengenal istilah Derby della Capitale.

Masalah finansial juga menjadi alasan utama kesebelasan sepakbola melakukan merger di era modern.

Yokohama F. Marinos di Jepang lahir setelah petinggi All Nippon Airways (ANA) ingin menyelamatkan Yokohama Flugels yang ditinggal sponsor utama Sato Labs. Mereka bertemu dengan kubu Nissan yang juga memiliki kesebelasan sepakbola. Persatuan Flugels dan Nissan Motors FC itu melahirkan F. Marinos dan Yokohama FC. Yokohama F. Marinos sebagai gabungan Flugels dan Nissan Motors, sementara Yokohama FC merupakan tim yang terbentuk dari protes suporter akan langkah tersebut.

Roda JC dan Fortuna Sittard di Belanda juga ingin melakukan hal serupa karena kestabilan finansial mereka. Ide ini sudah ada sejak 2009, namun hingga kini keduanya masih gagal mendapatkan asuransi terkait keuangan mereka. Roda JC dan Fortuna Sittard masih berdiri terpisah tapi ide merger tersebut belum mati.

Tiga hal tersebut sudah dirasakan Borneo FC yang memisahkan diri dari Persisam Putra Samarinda, mendominasi Kalimantan Timur, naik ke divisi dua setelah mengakuisisi Perseba Super Bangkalan, dan memiliki dana segar dari kantong Nabil Husein, putra pengusaha kaya, Said Amin.

***

Bila PS TIRA dan Persikabo merger, mereka setidaknya akan mendapatkan dua dari tiga hal tersebut. Persikabo yang kini bermain di Liga 3 akan langsung naik ke divisi tertinggi sepakbola Indonesia mengisi tempat PS TIRA. Mereka juga akan mendapatkan kekuatan finansial karena situasi keuangan peserta Liga 1 pasti lebih baik dibandingkan divisi tiga.

Krisis finansial sempat menghantui Persikabo pada 2015, mereka bahkan pernah dibekukan dari kompetisi karena memiliki tunggakan gaji. Merger dengan PS TIRA akan membuat Persikabo mendapat subsidi sebesar 7,5 miliar rupiah dari PSSI. Mereka juga akan mendapat uang sponsor, penjualan tiket, dan hak siar yang lebih banyak ketimbang bermain di Liga 3.

Menurut Bupati Bogor, Ade Munawaroh Yasin, merger merupakan jalan satu-satunya untuk mengakhiri masa kelam Persikabo. "Ini adalah jalan satu-satunya agar Persikabo berprestasi dan sudah tepat," kata Ade.

Suporter Persikabo, Kabomania juga tidak keberatan gabung dengan PS TIRA demi menghidupkan sepakbola Bogor. "Saya sebagai Ketua Umum Kabomania mendukung penuh merger ini. Semoga teman-teman Kabomania lainnya mengikuti, semua demi kebangkitan sepakbola Kabupaten Bogor," ungkap Yusuf Kiat.

Merger dengan PS TIRA bukan berarti Persikabo menjadi kesebelasan instan, apalagi siluman. Mereka sudah memiliki cerita panjang di sejarah sepakbola Indonesia dan didukung oleh kelompok suporter militan. Jika melihat catatan yang ada, apabila kubu PS TIRA rela mengesampingkan embel-embel TNI dan fokus membangun sepakbola Kabupaten Bogor, mereka dapat menjadi contoh kesebelasan profesional layaknya Borneo FC atau Bali United.

Foto: Instagram @persikabo.id

Komentar