Transformasi Fred

Analisis

by

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Transformasi Fred

Salah satu media terbesar di Inggris merilis daftar tim terburuk musim 2018/2019 dan Fred menjadi bagian dari tim tersebut. Selain itu, media online Inggris juga melengkapi data tersebut dengan Fred sebagai urutan teratas pemain flop 2018/2019. Tak berhenti di situ, ia juga dikritik oleh mantan pemain.

"United sangat tidak kompeten dalam penguasaan bola. Fred, adalah lelucon ketika dia mendapatkan bola," ujar Martin Keown usai kekalahan Man United dari Newcastle United musim lalu. Bahkan legenda United, Gary Neville, turut serta mengirim kritik pedas.” Fred tidak bermain seperti pemain tengah. Ia bahkan bukan gelandang yang baik untuk tim papan tengah atau salah satu tim terboros di Eropa," cibir Gary.

FREDemption, mungkin itu tajuk yang layak bagi kisah seorang Fred Rodrigues Santos. Fred menghabiskan nyaris dua musimnya di Old Trafford sebagai olok-olok netizen. Bahkan sebagian besar pendukung Manchester United tak menginginkan kehadirannya. Padahal Fred seolah ditakdirkan berjodoh bersama United karena kesamaan nama dengan maskot Setan Merah. Musim ini mungkin menjadi musim redemption (penebusan) bagi Fred.

VIDEO: Update informasi Liga Primer Inggris



Anak Tiri Jose Mourinho

Champions League 2017/2018 merupakan ajang promosi Fred. Di sanalah ia mulai menunjukkan kualitas kala berseragam juara Ukraina, Shaktar Donetsk. Selain di UCL, potongan-potongan aksinya cukup viral di kanal Youtube. Terlahir di Belo Horizonte sebagai seorang Brazil, seharusnya ia dikarunai DNA Jogo Bonito. Benar saja, Fred membuat 23 take-ons sukses dengan tingkat keberhasilan 89% dari delapan penampilan di Liga Champions musim itu.

Catatan apik lainnya, Fred membuat 2,88 sukses take-ons per 90 menit, di depan nama-nama seperti Pogba (2,27), Ilkay Gundogan (1,97), Nemanja Matic (1,27) dan Kevin De Bruyne (2,44). Selanjutnya, Fred melakukan operan positif, hampir 65% operannya dibuat ke depan. Ia juga menciptakan peluang 1,13 per 90 menit, hanya Kevin de Bruyne yang melakukan lebih baik darinya. Dengan catatan impresif ini, wajar saja Manchester United menebusnya dengan mahar 52 juta paun.

Langkah yang diambil manajemen Setan Merah nyatanya tak diamini oleh Jose Mourinho, yang di musim 2018/2019 menukangi MU. Alih-alih menempatkan Fred di posisi idamannya di central lapangan, Jose justru lebih banyak menempatkannya di pinggir lapangan, tepatnya di bangku cadangan. Ketika dimainkan pun ia banyak bermain sebagai gelandang bertahan, yang bukan merupakan posisi terbaiknya.

Hasilnya, Fred yang memang dinamis terlihat konyol di atas lapangan. Ia berlari ke sana dan kemari terkesan tanpa visi. Fred tak seperti gelandang box to box (posisi idealnya) yang rajin dalam bertahan dan pandai membantu serangan. Ia justru seperti karyawan yang bekerja tak jelas kala diawasi atasannya. 18 kali kehilangan bola, 17 kali melakukan pelanggaran, hanya 13 tembakan, 4 dribel dalam 11 pertandingan di bawah Mourinho menunjukan bagaimana Fred menjalani musim debutnya tak sesuai aksi yang ia tawarkan di kanal Youtube.

Mou yang terkenal tak pernah menyalahkan pemainnya sampai mengatakan bahwa Fred adalah pemain yang clueless. Kekalahan MU dari Valencia di fase grup UCL musim 2018/2019 merupakan titik didih Jose atas penampilan Fred. Jose menggantinya di menit 57 karena penampilan buruknya. Pasca pertandingan, Mou mengatakan bahwa waktu Fred di MU sudah habis. Jose pun membuka tabir bahwa ia meminta pemain lain di awal musim, bukan Fred, meski kenyataanya, Fred-lah yang datang ke Carrington.

Lahir Baru Fred

Pada akhirnya, Fred menang atas Mourinho. Jose Mourinho dipecat setelah mengalami kekalahan dari Liverpool. Kedatangan Ole Gunnar Solskjaer seperti juru selamat bagi karier Fred di United. Selain itu, cederanya Paul Pogba musim ini menjadi blessing in disguise untuk Fred. Transformasi permainan Fred dimulai saat Miracle Night in Paris.

Tertinggal 2-0 di leg pertama dari PSG, United membalikan keadaan di Parc des Princes. Meski Lukaku dan Rashford yang menjadi headline, Fred merupakan The Unsung Hero malam itu. 90 % operan sukses, 7 ball recoveries, 100 % accurate long balls, 3 tackles won dan 2 fouls won menjadi alinea pertama kisah lahir baru Fred. Bahkan ketika kalah dari Barcelona di perempatfinal UCL, Fred tetap tampil impresif (90 sentuhan, 74 operan berhasil dan 15 recoveries).

Musim ini menjadi penebusan dan pembuktian Fred pada olok-olok media atas namanya. "Mereka punya hak melakukannya (melontarkan kritikan), mereka telah memenangkan banyak gelar bersama klub ini. Kami harus tutup mulut dan bekerja di lapangan," ucap Fred kepada Esporte TV.

"Beberapa kritik tidak ada gunanya - tetapi banyak yang bisa memberi saya pelajaran. Saya suka membaca apa yang orang katakan tentang penampilan saya. Dengan itu, saya bisa mencoba untuk menjadi lebih baik.", lanjutnya.

"Saya kira posisi ideal saya adalah untuk lebih banyak ikut menyerang seperti yang saya lakukan bersama Shakhtar," buka Fred kepada UnitedPeoplesTV via Goal internasional.

“Saat itu saya bermain lebih seperti gelandang box-to-box, jadi saya bermain lebih menyerang.”, tutup Fred. Aspirasi yang langsung dijawab Ole dengan restu meletakkan Fred sebagai gelandang box to box.

Musim lalu taktik Mourinho memang tak banyak membebani lini tengah ketika menyerang. "Ketika tim lebih kuat bertahan dan tidak perlu banyak bermain di lini tengah. Pemain lebih baik memberikan keseimbangan kepada tim daripada terlibat dalam menyerang, Fred perlu memahaminya untuk menambah dimensi permainannya.", Mou menjelaskan mengapa Fred mengalami pergulatan musim lalu.

Fred membuktikan dengan menempati posisi idealnya, ia mampu mengeluarkan potensi aslinya. "Sekarang saya bisa memahami permainan dengan lebih baik dan saya harus lebih cepat dan lebih kuat," katanya baru-baru ini.

Terlihat bagaimana Fred optimal sebagai gelandang Box to Box di mana ia terlibat aktif di wilayah pertahanan lawan. Fred menggiring bola hampir dua kali lipat dari biasanya dan menciptakan lebih banyak peluang dari permainan terbuka. Faktanya, tidak ada pemain United yang menciptakan peluang di EPL sebanyak yang dia miliki selama lima bulan terakhir.

52 Juta Poundsterling Mulai Berbuah

Harga 52 juta poundsterling kini mulai dapat dilihat sepadan dengan kontribusi yang diberikan Fred. Ia menjadi pemain kunci Solskjaer di lini tengah dengan kemampuannya merebut bola, melakukan tekanan, visi bermain, operan bagus, dan dribel bola dari lini kedua.

Fred telah berkembang dari sisi menyerang maupun bertahan. Sebagai perbandingan , Fred telah menciptakan peluang 1,3 per laga meningkat dari 0,9 musim lalu. Persentase operannya juga mejadi 91,4 persen dari 85,3 persen di musim lalu. Jumlah dribel Fred per 90 menit juga sebanyak 1,7 berbanding 0,9 musim lalu dengan tingkat kesuksesan 73,1 persen dari 64,3 persen.

Sementara dari segi defensif, Fred melakukan intersepsi sebanyak 1,7 berbanding 1,4 dan menyapu bola sebanyak 1,3 berbanding 0,7 selama 90 menit. Agresivitas bermainnya juga meningkat dan memenangi duel bola udara sebesar 36,4 persen berbanding 21,4 persen.

Mungkin masih banyak gelandang dengan determinasi, kualitas dan skill melebihi apa yang Fred punya, namun lain halnya dengan etos kerja dan mental baja yang telah dibuktikan Fred. Ia bekerja keras untuk belajar bahasa Inggris agar komunikasinya dengan pelatih dan pemain lain dapat berjalan lancar.

"Dia (Fred) menunjukkan ketangguhan, mentalnya sangat kuat dan sosok yang unggul. Dia selalu positif, bekerja keras, dan mencoba yang terbaik.”, puji Ole.

Soal mental baja, Fred tak goyah meski dirundung. Mental yang membuatnya mampu tampil prima disetiap partai Big Match, seperti saat United mengalahkan PSG, Spurs dan tiga kali membungkam tetangga berisik, Manchester City. Bahkan Pep menyebutnya pemain “luar biasa”.

Fred mungkin beruntung, mampu mencuri satu tempat di lini tengah United akibat cederanya Pogba. Namun. kembalinya Pogba tak akan menghilangkan posisi itu dari genggaman Fred. Tugas berikutnya, mengunci satu tempat di timnas Brazil. Melihat inkonsistensi pesaingnya seperti Fernandinho dan Casemiro, mungkin tak lama lagi kita melihat Fred berseragam kuning.

Fred telah berhasil mengubah posisinya baik di lapangan maupun di hati penggemar Manchester United. Awalnya tak diinginkan, menjadi dinantikan. Mengubah cacian menjadi pujian. Sebuah kisah penebusan yang patut disebut FREDemption.

Dan mari kita kumandangkan “As the Fred go marching on on on!”

Komentar